Kamis, 14 Juni 2012

UJI PENETRANT (PENETRAN TEST)





I.     TUJUAN
Metode pengujian dengan penetran merupakan salah satu metode uji tidak merusak(Non Destructive Test) pada suatu material dimana permukaanya tidak berpori. Pengujian penetran ini dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan atau diskontinuitas yang terbuka pada permukaan. Penggunaan uji penetran sangat luas, selain untuk memeriksa sambungan las dan surface pada benda kerja, metode uji penetrant ini juga bisa untuk mendeteksi kerusakan retakan yang terjadi pada komponen mesin seperti crank shaft, roda gigi, dll.

II.   DASAR TEORI
Pengujian ini mempergunakan sifat kapiler benda cair yang dipergunakan adalah cairan tidak kental dan mempunyai tegangan permukaan kecil, yang biasanya berwarna sebagai penetrant. Material uji dicelup atau disemprot dengan cairan ini, karena sifat kapilernya , maka cairan masuk kedalam retakan, celah atau pori-pori pada perukaan material uji tersebut sampai ke bagian yang paling dalam.
Setelah permukaan dibersihkan dipakai detektor untuk menyerap penetran , sehingga terlihat bekas yang jelas pada retakan, celah atu pori-pori.
Pemeriksaan dengan penetran ini dilakukanunuk cacat permukaan ( caca retak) dan dapat digunakan untuk material metal  atau non metal (keramik dan plastik). Sedangkan untuk cacat yang tidak sampai kepermukaan cara ini tidak dapat dipakai :
1. Benda yang diperiksa permukaannya harus bersih terhadap segala macam kotoran,   minyak, olie, parafin dan lain sebagainya. Dimana kotoran-kotoran tersebut akan menutupi cacat yang diperiksa
2.  Benda yang diperiksa harus dalam keadaan kering dan tidak keropos(porous)
3. Jika permukaan benda dicat, maka hilangkan cat  tersebut dengan kertas gosok.
Sebagai bahan pembersih untuk membersihkan benda yang akan diperiksa dapatdigunakan minyak bensin, acctone atau bahan kimia lain yang bersifat serupa denganbahan pebersih diatas. Sedangkan bahan pembersih kedua yang fungsinya untuk membersihkan penetran yang menempel pada benda yang diperiksa adalah cairan pembersih (cleaner) dan biasanya dijual bersama satu set dengan penetran dan developer, tetapi dapat juga dipakai air hangat, minya bensin atau acetone atau cairan lain yang murah harganya. Tidak merusak benda yang diperiksa ( menyebabkan karat) dan tidak beracun.


Diskontinuitas dapat dikelommpokkan menjadi 3 jenis, yaitu:
1.      INHERENT (Bawaan)

o  They are usually related to discontinuities found in the molen metal.
ü Biasanya berhubungan dengan diskontinuitas yang ditemukan dalam logam cair.   Contoh: porocity

2.      INHERENT WROUGHT DISCONTINUITIES
o  Relate to the meling and solidification of the original ingot before it is formed into slabs, blooms and billets.
ü Disconinuitas wrough bawaan, berhubungan dengan peleburan dan pembekuan ingot sebelum dibentuk menjadi slab, bloom, dan billet.
3.      INHERENT CAST DISCONTINUITIES
o  Relate to the melting, casting, and solidification of a cast article. Usually caused by inherent variables such as inadequate feeding, gating, exessive pouring temperature and entrapped gases.
ü Discontinuitas tuangan bawaan, berhubungan dengan peleburan, pengecoran, dan pembekuan benda cor. Biasanya disebabkan karena variabel bawaan seperti kurang pengisian, gating, suhu tuang berlebihan, dan gas yang terperangkap.
4.      PROCESSING DISCONTINUITIES
o  They are usually related to the various manufacturing processes such as machining, forming, exruding, rolling, welding, heat treating and plaing
ü Biasanya berhubungan dengan aneka proses manufakur seperti permesinan, pembentukan, extruding, pengerolan, pengelasan , laku panas, dan pelapisan.
5.      SERVICE DISCONTINUITIES
o  They are related to the various service condiions such as stress corrosion, faigue and erosion.
6.             Berhubungan dengan aneka kondisi pengoperasian seperti korosi, tegangan, kelelahan dan erosi.




III.             PROSEDUR PENETRANT TEST
1.     Surface preparation / persiapan permukaan
2.     Pre cleaning/ melakuakan pembersihan terhadap material yang akan di uji
3.    Aplikasi pentrant + dwell time = waktu yang dibutuhkan untuk meresap dengan sempurna
4.     Pembersihan penetrant yang berlebih secara berkala
5.     Aplikasi developer = cairan untuk memunculkan sebuah indikasi
6.     Evaluasi
7.     Post cleaning

IV.         KRITERIA PENERIMAAN

1.    Indikasi linear relevant
2.    Indikasi rounded relevant yang ukurannya >3/16 Inchi (5mm)
3.    4 atau harus lebih indikasi rounded relevanyang jaraknya kurang dari 1/16 Inchi (1.5mm)
Dimana:
1.    Indikasi linear relevan adalah indikasi

V.          ALAT DAN BAHAN

1.    Spesimen uji atau benda uji
2.    Cairan penetran ada yang bewarna (merah 0 atau berpendar (fluerseent ) pada cahaya lampu ulra violet
3.    Cleaner (pembersih)
4.    Developer, berbentuk serbuk atau cairan.

VI.         ANALISA DATA
Setelah melakukan test uji penetrant,  ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan test uji penetrant. Diantaranya adalah prosedur pelaksanaan dan accepted criteria (kriteria penerimaan)
Untuk menunjang keberhasilan suatu pengujian menggunakan uji penetrant test, persiapan alat dan bahan harus lengkap. Selain itu, persiapan permukaan benda kerja juga sangat perlu untuk diperhatikan, karena jika suatu benda kerja yang hendak dilakukan test uji pentrant pada permukaanya masih terdapat kotoran seperti grease, oli, minyak dll, maka hal ini akan mempengaruhi hasil uji penetrant.
Pada saat proses uji penetrant, kita juga perlu memperhatikan teknik penyemprotan cairan penetrant, karena jika terlalu banyak volume cairan yang disemprokan ke benda uji, maka hal ini akan dapat memperboros cairan penetrant. Selain itu, teknik pembersihan sisa penetrant menggunakan cairan cleaner harus benar-benar bersih, karena jika masih terdapat sisa penetrant yang menempel di benda uji, maka saat disemprotkan developer akan menimbulkan indikasi palsu.
Pengaplikasian developer saat pengujian Penetrant Test juga harus diperhatikan. Karena jika volume developer yang disemprotkan ke benda uji terlalu banyak, maka hal ini akan menyebabkan cairan penetrant  yang seharusnya memunculkan indikasi akan tidak nampak karena sisa penetrant tidak sampai muncul ke permukaan developer.


   
VIII.        KESIMPULAN
Dari hasil  penetran test terhadap material tipe SA -36, Kami tarik kesimpulan bahwa uji penetran test hanya bisa mendeteksi  diskoninuitas  dipermukaan saja seperti crack dan porosity.
Uji penetran ini, bisa digunakan untuk menguji material yang permukaannya tidak berpori. Teknik pengujian menggunakan penetrant test ini meliputi 3 cara, yaitu solvent removable, water-washable dan post emulsifer yang mana kita bisa memilih metode itu berdasarkan keperluan bagian-bagian mana saja yang perlu diuji.




IX.        DAFTAR PUSTAKA
ASME V / Artikel 6 tentang uji penetrant.
M.Munir, Moh, dan Moh horiq. 2000. Modul Praktek Uji Bahan.


5 komentar: